Minggu, 13 Februari 2011

HIPERTENSI

Minggu, 13 Februari 2011

hipertensi

Penyakit ini menjadi momok bagi sebagian besar penduduk dunia termasuk Indonesia. Hal ini karena secara statistik jumlah penderita yang terus meningkat dari waktu ke waktu. Berbagai faktor yang berperan dalam hal ini salah satunya adalah gaya hidup modern. Pemilihan makanan yang berlemak, kebiasaan aktifitas yang tidak sehat, merokok, minum kopi serta gaya hidup sedetarian adalah beberapa hal yang disinyalir sebagai faktor yang berperan terhadap hipertensi ini.

Penyakit ini dapat menjadi akibat dari gaya hidup modern serta dapat juga sebagai penyebab berbagai penyakit non infeksi. Hal ini berarti juga menjadi indikator bergesernya dari penyakit infeksi menuju penyakit non infeksi, yang terlihat dari urutan penyebab kematian di Indoensia.

Untuk lebih mengenal serta mengetahui penyakit ini, maka kami akan membahas tentang hipertensi. Hipertensi didefinisikan sebagai peningkatan darah sistolik lebih besar atau sama dengan 140 mmHg atau peningkatan tekanan darah diastolik lebih besar atau sama dengan 90 mmHg.

Biasanya seseorang setelah datang ke pelayanan ke sekolah secara umum mereka akan bercerita bahwa tensinya sekian.......sekian.......  Maka dari referensi ini hipertensi diklasifikasikan sebagai berikut:
Tabel . Klasifikasi tekanan darah
Klasifikasi Tekanan Darah
Tekanan Darah Sistolik (mmHg)
Tekanan Darah Diastolik (mmHg)
Normal
<120
<80
Prehipertensi
120-139
80-89
Hipertensi stage I
140-159
90-99
Hipertensi stage II
>160
>100

Mekanisme yang terjadi dalam tubuh melibatkan empat sistem yang mengendalikan tekanan darah yaitu baroreseptor, pengaturan volume cairan tubuh, sistem renin-angiotensin, dan autoregulasi pembuluh darah. Adapun penyebab hipertensi secara tepat belum diketahui, tetapi telah dipahami bersama bahwa hipertensi merupakan kondisi yang multifaktorial.
Berbagai tanda dan gejala yang menyertai penyakit ini, meskipun banyak yang tidak merasakan atau membiarkan karena dianggap hal biasa. Kejadian hipertensi yang bertahap sering disebut silent killer. Hipertensi dapat muncul setelah setahun atau ditemukan saat sudah terjadi komplikasi. Ketika terjadi kenaikan tekanan darah yang berarti maka pasien dapat merasakan gejala seperti sakit kepala, mengantuk, keletihan, sulit tidur, gemetar, mimisan atau penglihatan yang kabur. Sedangkan pada pasien hipertensi maligna dapat ditemukan pasien mengalami sakit kepala, kerusakan penglihatan, kejang bahkan bisa sampai koma (Tymbi et al., 1998).
            Peningkatan tekanan darah yang berkepanjangan akan merusak pembuluh darah yang ada di sebagian besar tubuh. Pada beberapa organ seperti jantung, ginjal, otak dan mata, akan mengalami kerusakan. Gagal jantung, infark miokard, gagal ginjal, stroke, dan gangguan penglihatan adalah konsekuensi yang umum dari hipertensi.

Faktor Risiko Hipertensi
            Hipertensi primer tidak disebabkan oleh faktor tunggal dan khusus. Hipertensi ini disebabkan berbagai faktor yang saling berkaitan. Hipertensi sekunder disebabkan oleh berbagai faktor primer yang diketahui yaitu seperti kerusakan ginjal, gangguan endokrin, penggunaan obat tertentu, stres akut, kerusakan vaskuler dan lain-lain.
            Hipertensi disebabkan oleh faktor-faktor yang dapat dimodifikasi serta faktor yang tidak dapat dimodifikasi. Faktor yang tidak dapat dimodifikasi antara lain faktor genetik, umur, jenis kelamin, dan etnis. Sedangkan faktor yang dapat dimodifikasi meliputi stres, obesitas, dan nutrisi (Black, 1997).
1.       Faktor genetik
Adanya faktor genetik pada keluarga tertentu akan menyebabkan keluarga tersebut mempunyai resiko menderita hipertensi. Individu dengan orangtua hipertensi mempunyai resiko dua kali lebih besar untuk menderita hipertensi daripada individu yang tidak mempunyai keluarga dengan riwayat hipertensi.
2.      Umur
Insidensi hipertensi meningkat seiring dengan pertambahan usia. Individu yang berumur di atas 60 tahun, 50-60% mempunyai tekanan darah lebih besar atau sama dengan 140/90 mmHg. Hal itu merupakan pengaruh degenerasi yang terjadi pada orang yang bertambah usianya.
3.      Jenis kelamin
Laki-laki mempunyai resiko lebih tinggi untuk menderita hipertensi lebih awal. Laki-laki juga mempunyai resiko yang lebih besar terhadap morbiditas dan mortalitas kardiovaskuler. Sedangkan di atas umur 50 tahun hipertensi lebih banyak terjadi pada perempuan.
4.      Etnis
Hipertensi lebih banyak terjadi pada orang berkulit hitam daripada yang berkulit putih. Belum diketahui secara pasti penyebabnya, namun dalam orang kulit hitam ditemukan kadar renin yang lebih rendah dan sensitifitas terhadap vasopresin lebih besar.
5.      Stres
Stres akan meningkatkan resistensi pembuluh darah perifer dan curah jantung sehingga akan menstimulasi aktivitas saraf simpatetik. Adapun stres ini dapat berhubungan dengan pekerjaan, kelas sosial, ekonomi, dan karakteristik personal.
6.      Obesitas
Penelitian epidemiologi menyebutkan adanya hubungan antara berat badan dengan  tekanan darah baik pada pasien hipertensi maupun normotensi. Pada populasi yang tidak ada peningkatan berat badan seiring umur, tidak dijumpai peningkatan tekanan darah sesuai peningkatan umur. Obesitas terutama pada tubuh bagian atas dengan peningkatan jumlah lemak pada bagian perut.
7.      Nutrisi
Sodium adalah penyebab penting dari hipertensi esensial, asupan garam yang tinggi akan menyebabkan pengeluaran berlebihan dari hormon natriouretik yang secara tidak langsung akan meningkatkan tekanan darah.
      Asupan garam tinggi yang dapat menimbulkan perubahan tekanan darah yang dapat terdeteksi adalah lebih dari 14 gram per hari atau jika dikonversi kedalam takaran sendok makan adalah lebih dari dua sendok makan.
8.      Merokok
Penelitian terakhir menyatakan bahwa merokok menjadi salah satu faktor risiko hipertensi yang dapat dimodifikasi. Merokok merupakan faktor risiko yang potensial untuk ditiadakan dalam upaya melawan arus peningkatan hipertensi khususnya dan penyakit kardiovaskuler secara umum di Indonesia.
     
Penanganan Hipertensi
            Tujuan penanganan pasien hipertensi adalah untuk mencegah morbiditas dan mortalitas yang berkaitan dengan tingginya tekanan darah. Tekanan darah diharapkan dapat dipertahankan di bawah 140/90 mmHg atau di bawah 130/90 mmHg untuk pasien yang mengalami diabetes dan gagal ginjal.
            Penanganan hipertensi pada tahap awal dilakuan dengan modifikasi gaya hidup meliputi penurunan berat badan, pembatasan asupan garam, olahraga, pembatasan konsumsi alkohol, pembatasan konsumsi kopi, menggunakan teknik relaksasi, tidak merokok, menggunakan suplemen potasium, kalsium, dan magnesium.
            Selain dengan modifikasi gaya hidup, pasien hipertensi juga ditangani dengan pemberian obat anti hipertensi. Penggunaan obat anti hipertensi memberikan keuntungan antara lain seperti yang disebutkan dalam sebuah penelitian klinik yang dilakukan Whelton, penggunaan obat anti hipertensi ini berhubungan dengan penurunan insidensi stroke rata-rata 35-40%, infark miokard 20-25%, dan gagal jantung >50%.

Pemantauan (monitoring) dan tindak lanjut.
Pada dasarnya pemeriksaan tekanan darah dianjurkan untuk semua orang baik yang menderita hipertensi maupun yang normal. Pemantauan tekanan darah pada pasien dengan hipertensi yang mendapatkan pengobatan merupakan hal yang penting berkaitan dengan keefektifan pengobatan yang dilakukan dan perubahan tekanan darah yang mengindikasikan perlunya perubahan rencana pengobatan. Perawatan lanjutan penting sehingga proses penyakit dapat dikaji dan ditangani berdasarkan apa yang ditemukan pada saat dilakukan pengkajian dan pemeriksaan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar